DI beberapa budaya dan masyarakat di berbagai belahan dunia ini, selaput dara atau hymen merupakan simbol keperawanan yang dipersyaratkan bagi perempuan yang belum menikah. Oleh karenanya, selaput dara seringkali menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menimbulkan pro-kontra. Sayangnya, pembicaraan mengenai selaput dara dan keperawanan ini seringkali tidak disertai dengan pemahaman yang benar karena masih sangat terpaku pada mitos-mitos.
Berikut adalah beberapa mitos dan fakta mengenai selaput dara :
Mitos: setiap perempuan dilahirkan dengan memiliki selaput dara.
Fakta: ternyata tidak. Tidak semua perempuan lahir dengan selaput dara pada vaginanya. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa bayi perempuan lahir tanpa selaput dara.
Mitos: selaput dara bentuknya sama pada setiap perempuan, seperti selaput tipis tanpa lubang.
Berikut adalah beberapa mitos dan fakta mengenai selaput dara :
Mitos: setiap perempuan dilahirkan dengan memiliki selaput dara.
Fakta: ternyata tidak. Tidak semua perempuan lahir dengan selaput dara pada vaginanya. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa bayi perempuan lahir tanpa selaput dara.
Mitos: selaput dara bentuknya sama pada setiap perempuan, seperti selaput tipis tanpa lubang.
Fakta: salah besar. Seperti juga manusia memiliki wajah yang berbeda, demikian juga selaput dara. Selaput dara memiliki lubang atau pori yang bentuknya bervariasi. Lubang pada selaput dara dapat bertambah lebar setelah seorang perempuan mengalami menstruasi yang pertama kali.
Mitos: operasi pemulihan selaput dara sangat diperlukan bagi perempuan yang akan menikah tetapi selaput daranya sudah tidak utuh lagi.
Fakta: operasi pemulihan selaput dara memang selalu menimbulkan pro dan kontra. Sebetulnya apabila semua orang sudah memiliki pemahaman tentang selaput dara seperti yang dijelaskan di atas, operasi sama sekali tidak diperlukan.
Keperawanan seseorang tidak dapat ditentukan oleh adanya perdarahan pada malam pengantin. Operasi selaput dara termasuk operasi yang sangat sederhana. jadi kalau yang dibutuhkan hanya selaput dara yang “utuh” dan bisa mengeluarkan darah, siapa saja (perempuan tentunya) bisa menjalani operasi itu sehingga kembali menjadi “perawan”. Dalam hal ini tentunya terjadi “penipuan” terhadap laki-laki yang menjadi suaminya
www.kompas.com
No comments:
Post a Comment